Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. PendahuluanPendidikan Kewarganegaraan memiliki peran yang krusial dalam membangun kehidupan 'bersih' bagi pemerintah daerah. Dalam konteks ini, 'bersih' tidak hanya merujuk pada kebersihan fisik lingkungan, tetapi juga melibatkan aspek moral dan etika. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan wadah penting untuk membentuk sikap, nilai, dan keterampilan yang diperlukan dalam membangun masyarakat yang sadar akan pentingnya integritas, tanggung jawab, serta partisipasi aktif dalam urusan publik. Dalam esai ini, kita akan mengeksplorasi mengapa pendidikan kewarganegaraan sangat penting dalam mewujudkan kehidupan 'bersih' bagi pemerintah Salah satu peran utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kesadaran kewarganegaraan di kalangan masyarakat Asyari dan Dewi, 2021. Melalui mata pelajaran ini, siswa diajarkan tentang hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara yang baik. Mereka belajar untuk menghormati aturan hukum, menghargai keragaman, dan mengakui tanggung jawab mereka terhadap kepentingan umum. Dengan meningkatnya kesadaran kewarganegaraan, masyarakat akan cenderung lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan, menghindari perilaku korupsi, dan menghargai sumber daya publik. Pemerintah daerah akan merasakan manfaat dari masyarakat yang sadar dan bertanggung jawab terhadap lingkungan mereka. Dalam konteks pemerintah daerah, pengembangan kesadaran kewarganegaraan membawa manfaat yang signifikan Fauzi, 2019. Pertama, melalui pendidikan kewarganegaraan, masyarakat diajarkan tentang struktur pemerintahan, kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan di tingkat daerah. Hal ini memberi mereka pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pemerintah daerah beroperasi dan bagaimana keputusan-keputusan tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari Kewarganegaraan juga berperan dalam membentuk integritas dan etika dalam perilaku masyarakat. Melalui proses pendidikan ini, siswa diajarkan tentang pentingnya jujur, adil, dan bertanggung jawab. Mereka mempelajari tentang dampak negatif korupsi dan perilaku tidak etis lainnya terhadap pembangunan masyarakat. Dengan membangun integritas dan etika yang kuat, masyarakat akan lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan yang melanggar hukum atau merugikan kepentingan umum. Ini akan membantu menciptakan pemerintah daerah yang bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan Kewarganegaraan juga memainkan peran penting dalam mengembangkan keterampilan partisipasi aktif di kalangan masyarakat. Siswa diajarkan tentang pentingnya berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan politik, termasuk dalam proses pengambilan keputusan di tingkat pemerintah daerah. Mereka diberikan pemahaman tentang hak mereka untuk berbicara dan memberikan masukan, serta cara-cara efektif untuk berkomunikasi dengan pihak berwenang. Dengan memiliki keterampilan partisipasi yang kuat, masyarakat akan merasa lebih berdaya dan dihargai, sehingga meningkatkan keterbukaan dan akuntabilitas pemerintah Kewarganegaraan juga berperan penting dalam mendorong penerapan nilai-nilai lingkungan di kalangan masyarakat. Melalui pendidikan ini, siswa diajarkan tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Mereka mempelajari tentang pentingnya daur ulang, pengelolaan limbah yang tepat, dan pelestarian sumber daya alam. Dengan menanamkan nilai-nilai ini, masyarakat akan cenderung lebih sadar terhadap dampak lingkungan dari tindakan mereka, seperti pencemaran dan pembuangan sampah sembarangan. Pemerintah daerah akan melihat manfaatnya dalam bentuk lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan. KesimpulanPendidikan Kewarganegaraan memiliki peran yang vital dalam mewujudkan kehidupan 'bersih' bagi pemerintah daerah. Melalui pengembangan kesadaran kewarganegaraan, pembentukan integritas dan etika, pengembangan keterampilan partisipasi aktif, serta penerapan nilai-nilai lingkungan, pendidikan ini membantu membangun masyarakat yang sadar, bertanggung jawab, dan peduli terhadap kepentingan umum. Dengan demikian, pemerintah daerah akan dapat beroperasi dengan lebih efektif dan efisien, serta mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Oleh karena itu, investasi yang kuat dalam pendidikan kewarganegaraan merupakan langkah yang penting untuk mencapai tujuan Pustaka 1 2 Lihat Pendidikan Selengkapnya
Education in the foremost, remote, and rural 3T regions in Indonesia is known for its various complex problems. This research aims to look at the condition of students, teachers, and learning resources in schools at the Pongok and Celagen islands. This research uses a qualitative approach by case studies. This research involved all schools in the two islands. Data collection techniques used in this researsh are documentation study techniques. The results of this research revealed that very few graduates of High School at Pongok and Celagen went to college, there were still quite a number of teachers with non-educational undergraduate degrees, and there were almost no collections of educator manuals in the school library. The problem must be a serious concern for stakeholders and the policy to be overcome gradually and continuously. Keyword Education in rural areas, Pongok and Celagen islands. Abstrak Pendidikan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal 3T di Indonesia terkenal dengan berbagai permasalahan yang kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi siswa, guru, dan sumber belajar pada sekolah di daerah kepulauan Pongok dan Celagen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Penelitian ini melibatkan semua sekolah yang ada di kedua pulau tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumentasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sangat sedikit lulusan siswa Sekolah Menengah Atas SMA di Pongok dan Celagen yang melanjutkan ke perguruan tinggi, masih terdapat cukup banyak guru yang berlatar belakang pendidikan strata 1 non-kependidikan, dan hampir tidak ada koleksi buku panduan pendidik di perpustakaan sekolah. Masalah tersebut harus menjadi perhatian yang serius bagi para pemangku kepentingan dan kebijakan agar segera diatasi secara bertahap dan berkelanjutan. Kata kunci Pendidikan di daerah 3T, pulau Pongok dan Celagen. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JPE Jurnal Pendidikan Edutama Vol. 7 No. 1 Januari 2020 P-ISSN 2339-2258 Print E-ISSN 2548-821X Online 75 PENDIDIKAN DI DAERAH KEPULAUAN TERPENCIL POTRET SISWA, GURU, DAN SUMBER BELAJAR Imam Fitri Rahmadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pamulang email imamrahmadi Abstract Education in the foremost, remote, and rural 3T regions in Indonesia is known for its various complex problems. This research aims to look at the condition of students, teachers, and learning resources in schools at the Pongok and Celagen islands. This research uses a qualitative approach by case studies. This research involved all schools in the two islands. Data collection techniques used in this researsh are documentation study techniques. The results of this research revealed that very few graduates of High School at Pongok and Celagen went to college, there were still quite a number of teachers with non-educational undergraduate degrees, and there were almost no collections of educator manuals in the school library. The problem must be a serious concern for stakeholders and the policy to be overcome gradually and continuously. Keyword Education in rural areas, Pongok and Celagen islands. Abstrak Pendidikan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal 3T di Indonesia terkenal dengan berbagai permasalahan yang kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi siswa, guru, dan sumber belajar pada sekolah di daerah kepulauan Pongok dan Celagen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Penelitian ini melibatkan semua sekolah yang ada di kedua pulau tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumentasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sangat sedikit lulusan siswa Sekolah Menengah Atas SMA di Pongok dan Celagen yang melanjutkan ke perguruan tinggi, masih terdapat cukup banyak guru yang berlatar belakang pendidikan strata 1 non-kependidikan, dan hampir tidak ada koleksi buku panduan pendidik di perpustakaan sekolah. Masalah tersebut harus menjadi perhatian yang serius bagi para pemangku kepentingan dan kebijakan agar segera diatasi secara bertahap dan berkelanjutan. Kata kunci Pendidikan di daerah 3T, pulau Pongok dan Celagen. PENDAHULUANPendidikan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal 3T Indonesia terkenal unik dengan berbagai permasalahan kompleks. Seperti yang terjadi di perbatasan Entikong Sanggau Kalimantan Barat, sebuah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Tebedu Serawak Malaysia, yang mengalami kurangnya tenaga pendidik dan kependidikan, rendahnya kesejahteraan guru, minimnya sarana dan prasarana, kurangnya kesempatan pemerataan pendidikan, dan budaya pendidikan yang masih rendah Yosada, 2017. Fakta ini sebatas yang terjadi dalam lingkup kecil pada suatu kecamatan. Pada skala yang lebih luas, Provinsi Kepulauan Riau mengalami berbagai kendala dalam pembangunan dunia pendidikan dikarenakan; 1 sarana dan prasaranan pendidikan yang belum memadai; 2 kondisi geografis yang terdiri atas pulau-pulau dengan jarak yang jauh; 3 mahalnya biaya pendidikan; dan 4 jumlah guru yang sedikit dengan kualitas rendah Ginting, 2016. Baik dalam lingkup kecil 76 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Januari 2020 pada suatu kecamatan atau lingkup besar pada suatu provinsi, nampaknya terdapat kompleksitas masalah yang sama terkait pendidikan di daerah yang termasuk dalam wilayah 3T. Khususnya terkait dengan guru, terjadi fenomena unik yang disebut sebagai metrocentricity, yang didefiniskan oleh Campbell dan Yates 2011 sebagai “a personal trait inhibiting teachers from considering country positions.” Berdasarkan temuan penelitian tersebut, didapati bahwa para guru cenderung suka memilih-milih tempat untuk mengajar, sedangkan mayoritas pilihannya adalah mengajar di daerah perkotaan. Sangat sedikit guru yang dengan sukarela mau mengajar di daerah pedesaan terpencil rural/remote areas. Bahkan, terindikasi bahwa para guru memiliki persepsi yang negatif dan sedikit sekali memiliki persepsi yang positif terhadap daerah terpencil. Motivasi siswa juga menjadi konsern tersendiri karena siswa di daerah terpencil memiliki motivasi yang rendah dalam belajar terutama pada mata pelajaran matematika dan secara gabungan pada semua mata pelajaran Handre, Sullivan, & Crowson, 2009. Para siswa tidak benar-benar mengatahui mengapa mereka harus pergi ke sekolah. Siswa memiliki motivasi yang bervariasi terhadap suatu mata pelajaran, namun kecenderungannya, motivasi mereka sangat rendah pada mata pelajaran matematika. Konteks penelitian ini adalah 2 daerah terpencil di Amerika yang notabene merupakan negara maju, hasil penelitian dengan variable yang sama akan sangat mungkin mendapatkan hasil berbeda jika dilakukan pada daerah terpencil di suatu negara berkembang. Berbagai penelitian yang telah dilakukan di daerah perbatasan Kayan Hulu Malinau A’ing, 2015 dan Bintan Pesisir Kepulauan Riau Auldina, 2018, di daerah terpencil Loru Sigi Biromaru Imran, 2014 dan Buntu Mondong Enrekang Suardi, Sulfasyah, & Nur, 2016, serta di daerah kepulauan Pulau Nasi Aceh Besar Adlim, Gusti, & Zulfadli, 2016 dan kepulauan Talaud Sulawesi Utara Londa, 2016 mendapatkan temuan serupa yang mengungkapkan bahwa kondisi dan pengembangan pendidikan di daerah tersebut masih sangat terbatas, bahkan cenderung didiskriminasikan dan dimarjinalkan. Kondisi pendidikan di Indonesia secara umum juga tidak luput dari catatan buruk. Tujuh tahun silam, tepatnya pada tahun 2012, berdasarakan pemetaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terhadap sekolah di Indonesia, 75% di antaranya tidak memenuhi standar layak minimal pendidikan. Selain itu, hasil kompetensi guru terhadap guru mendapatkan nilai rata-rata 44,5 dengan standar minimal yang diharapkan adalah 70 Baswedan, 2014. Kondisi tujuh tahun yang lalu ini perlu dikonfirmasi kembali untuk melihat progress pengembangan dan pembangunan dalam bidang pendidikan. Penelitian ini bermaksud untuk mengkonfirmasi beberapa temuan penelitian sebelumnya dengan berfokus pada komponen pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang akan ditindaklanjuti dengan beberapa penelitian lanjutan. Pembelajaran yang merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, menunjukkan bahwa terdapat 3 komponen penting yang terlibat dalam pembelajaran, yaitu siswa, guru, dan sumber belajar. Sumber belajar memiliki arti yang luas dan jenis yang sangat banyak, namun pada penelitian ini sumber belajar yang dilihat spesifik pada koleksi buku perpustakaan. Penelitian dilakukan di daerah kepuauan terpencil bernama pulau Pongok dan Celagen. Kedua pulau tersebut Rahmadi, Pendidikan di Daerah…..77 tergolong sebagai daerah 3T di bawah wilayah administrasi Kecamatan Kepulauan Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pulau Pongok dan Celagen merupakan dua pulau yang berbeda namun lokasinya sangat berdekatan. Keduanya hanya dipisahkan dengan laut dangkal yang bisa diseberangi menggunakan perahu kecil dengan jarak tempuh kurang dari 5 menit. Apabila dilihat pada peta, pulau Pongok memiliki nama yang berbeda, yaitu Pulau Liat. Berikut ini gambaran lokasi kedua pulau tersebut. Gambar 1. Lokasi Pulau Pongok dan Celagen diambil dari Google Maps Gambar 1. menunjukkan lokasi pulau Pongok dan Celagen. Lokasi kedua pulau tersebut dilingkari pada gambar. Pulau Pongok dan Celagen berada tepat di antara pula Bangka dan pulau Belitung. Lebih tepatnya, kedua pulau tersebut diapit oleh pulau Lepar dan pulau Mendanau. Pulau Celagen tidak terlihat karena sebetulnya pulau tersebut sangat kecil dengan luas hanya 3,54 km2, sedangkan pulau Pongok memiliki luas 48,35 km2 dengan penduduk berjumlah jiwa Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka Selatan, 2017. Perjalanan menuju pulau ini membutuhkan waktu sekitar 8 jam jika dimulai dari pusat kota Pangkalpinang dengan menempuh perjalanan darat selama 3-4 jam dan perjalanan laut menggunakan perahu motor kayu selama 3-4 jam. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran nyata terhadap kondisi pendidikan di daerah kepulauan terpencil, khususnya yang berkaitan dengan kondisi siswa, guru, dan sumber belajar, bagi para pemangku kepentingan dan kebijakan dalam dunia pendidikan. Sehingga, diharapkan pengambilan kebutusan untuk pengembangan kebijakan pendidikan di daerah kepulauan terpencil bisa lebih tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan. Selain itu, hasil penelitian ini semoga dapat menggugah kepedulian masyarakat luas terhadap kondisi pendidikan di daerah kepulauan terpencil yang masih perlu untuk terus dikembangkan. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu penelitian pendahuluan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran kondisi nyata di lapangan yang mana setelah itu akan dilakukan beberapa penelitian lanjutan yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan nyata 78 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Januari 2020 objek penelitian. Penelitian dilakukan di pulau Pongok dan Celagen yang berada di bawah wilayah administrasi Kecamatan Kepulauan Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada bulan Februari 2018. Penelitian melibatkan semua sekolah yang berada di kedua pulau tersebut. Sebagai penelitian pendahuluan, penelitian ini hanya menggunakan studi dokumentasi sebagai teknik pengambilan data. Studi dokumentasi yang dilakukan yaitu mengkaji dokumen-dokuken sekolah yang berkaitan dengan siswa, guru, dan sumber belajar. Hasil data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah penelitian dilakukan, tergambar bagaimana kondisi siswa, guru, dan sumber belajar pada sekolah di daerah kepulauan terpencil. Secera keseluruhan, terdapat 5 sekolah yang terlibat dalam penelitian. Kelima sekolah ini merupakan semua sekolah yang berada di pulau Pongok dan Celagen. Berikut ini profil sekolah sebagai gambaran karakteristik objek penelitian. Tabel 1. Profil Sekolah di Pulau Pongok dan Celagen Tabel 1. menunjukkan ringkasan profil sekolah yang ada di pulau Pongok dan Celagen. Sekolah yang pertama didirikan di Pongok adalah Sekolah Dasar 1 SD pada tahun 1965. Ketiga SD dan Sekolah Menengan Pertama SMP sudah didirikan sejak lama sebelum tahun 2000. Sekolah Menengah Atas SMA satu-satunya sekolah yang didirikan setelah tahun 2000, tepatnya pada tahun 2008. Semua sekolah merupakan sekolah negeri dengan jadwal masuk pada pagi hari. Hanya SMA yang sudah menerapkan kebijakan sekolah 5 hari, sedangkan yang lainnya masih masuk selama 6 hari dalam seminggu. Hampir semua sekolah berada di pulau Pongok dan hanya satu sekolah yang berada di pulau Celagen. Siswa pada Sekolah di Daerah Kepulauan Terpencil Berikut ini merupakan gambaran kondisi siswa pada sekolah di daerah kepulauan terpencil. Kondisi siswa tergambar mulai dari jenis kelamin, pekerjaan orang tua, dan tempat tinggal. Sayangnya, terdapat beberapa data yang kosong karena sekolah tidak memiliki dokumen tersebut, atau memilikinya namun tidak terdapat data yang detail dan terperinci. Rahmadi, Pendidikan di Daerah…..79 Tabel 2. Profil Peserta Didik berdasarkan Jenis Kelamin, Pekerjaan Orang Tua, dan Tempat Tinggal Tabel 2. menunjukkan profil siswa berdasarkan usia, pekerjaan orang tua, dan tempat tinggal. Peserta didik perempuan pada SMA hampir dua kali lipat, yaitu sejumlah 120 dibanding peserta didik laki-laki yang hanya berjumlah 74 Peserta didik pada SMP, SD 1, dan SD 2 hampir berimbang antara laki-laki dan perempuan. Tidak ada data terkait jenis kelamin peserta didik pada SD 3, data yang ada hanya jumlah peserta didik secara keseluruhan. Mayoritas orang tua siswa bekerja sebagai nelayan. Tidak ada data terkait pekerjaan orang tua siswa pada SMP dan SD 2, data yang ada hanya jumlah peserta didik secara keseluruhan. Berkaitan dengan tempat tinggal, sebagian besar peserta didik tinggal di pulau Pongok. Tidak ada data terkait tempat tinggal peserta didik pada SMA. Tabel 3. Profil Lulusan SMA yang Melanjutkan ke Perguruan Tinggi 80 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Januari 2020 Tabel 3. menunjukkan profil lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pada setiap tahunnya, tidak lebih dari 10% lulusan yang melanjutkan pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi. Jumlah paling banyak hanyalah 4 lulusan pada angkatan tahun 2012/2013, bahkan hanya ada 1 lulusan yang melanjutkan ke perguruan tinggi pada angkatan tahun 2014/2015. Guru pada Sekolah di Daerah Kepulauan Terpencil Berikut ini tergambar kondisi guru pada sekolah di daerah kepulauan terpencil. Kondisi guru tergambar mulai dari jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, status, pengalaman mengajar, setifikasi, dan linieritas. Data tersebut tersaji dalam dua tabel yang berbeda supaya dapat tergambar dengan jelas. Semua sekolah memiliki data profil guru yang lengkap. Tabel 4. Profil Guru berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Latar Belakang Pendidikan Tabel 4. menunjukkan profil guru berdasarkan jenis kelamin, usia, dan latar belakang pendidikan. Secara keseluruhan dengan total guru sejumlah 69 guru, guru laki-laki 55,1% sedikit lebih banyak dibandingkan denga guru perempuan 44,9%. Namun, khususnya pada SMP, guru laki-laki jauh lebih banyak dari pada guru perempuan dengan prosentase 71,4% banding 28,6%. Rata-rata guru berusia Rahmadi, Pendidikan di Daerah…..81 antara 25 hingga 45 tahun. Terdapat 12 17,4% guru yang memiliki usia di atas 50 tahun, sedangkan hanya terdapat 3 4,3% guru yang berusia di bawah 25 tahun. Mayoritas guru berpendidikan Strata 1 S1 yaitu sejumlah 56 81,2%. Masih terdapat 3 guru berpendidikan Diploma III dan 10 14,5% guru berpendidikan SMA. Belum ada guru yang berpendidikan Strata 2 S2. Tabel 5. Profil Guru berdasarkan Status Kepegawaian, Pengalaman, Sertifikasi, dan Linieritas Tabel 5. menunjukkan profil guru berdasarkan status kepegawaian, pengalaman, sertifikasi, dan linieritas. Terdapat 39 guru yang sudah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS, sedangkan yang lain masih berstatus sebagai Guru Tidak Tetap GTT. Kebanyakan guru sudah memiliki pengalaman mengajar lebih dari 5 tahun. Hanya 8 guru yang memiliki pengalaman mengajar di bawah 5 tahun. Lebih dari 60% atau tepatnya sejumlah 43 guru belum tersertifikasi. Terdapat 18 guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Sumber Belajar pada Sekolah di Daerah Kepulauan Terpencil Berikut ini tergambar kondisi sumber belajar pada sekolah di daerah kepulauan terpencil. Sumber belajar yang dimaksud di sini berfokus pada koleksi buku 82 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Januari 2020 perpustakaan sekolah yang terbagi menjadi berbagai macam jenis, yaitu buku teks, buku pengayaan, buku referensi, buku panduan pendidik, dan buku lainnya. Semua sekolah memiliki data tentang koleksi buku perpustakaan yang lengkap. Tabel 6. Profil Koleksi Buku Perpustakaan Sekolah Tabel 6. menunjukkan profil koleksi buku pada perpustakaan sekolah. Semua sekolah memiliki perpustakaan dengan beragam jenis buku koleksi. Kebanyakan koleksi merupakan buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan buku refensi. Masih sangat minim koleksi buku panduan pendidik dan koleksi lainnya yang hanya sejumlah 106 0,5% dan 17 0,1% dari total keseluruhan koleksi. Hasil penelitian ini mengkonfirmasi sekaligus menemukan hal-hal baru yang belum terungkap pada penelitian-penelitian sebelumnya. Pada beberapa sisi, hasil penelitian ini sangat dangkal tidak sedalam penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan. Terutama terkait dengan kondisi siswa, penelitian ini hanya mengungkap data kuantitatif dan tidak menggali jauh sampai pada tingkat motivasi siswa seperti yang dilakukan oleh Handre, Sullivan, dan Crowson 2009. Namun, melalui penelitian ini terungkap bahwa sangat sedikit siswa lulusan SMA di daerah kepulauan yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena mayoritas orang tua mereka yang bekerja sebagai nelayan dan petani. Bukan karena biaya tidak ada karena pendapatan nelayan di daerah kepulauan cukup tinggi, hal tersebut disinyalir lebih dikarenakan tidak ada kemauan dari orang tua sekaligus rendahnya motivasi lulusan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Lebih jauh dan mendalam, hal ini perlu diteliti lebih lanjut melalui penelitian lanjutan. Angka partisipasi kasar APK pendidikan tinggi di Indonesia memang masih tergolong sangat rendah dibanding dengan Negara Asean lain seperti Malaysia dan Singapura yang masih-masing mencapai 38 dan 78% Syawaluddin, 2018. Sedangkan, APK pendidikan tinggi Indonesia berdasarkan data pada Maret 2019 hanya 34% yang artinya masih banyak anak Indonesia dengan usia 19-23 tahun belum berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Meskipun, lima tahun kedepan, pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti menargetkan APK pendidikan tinggi Indonesia dapat mencapai 50% Republika Online, 2019. Sedikitnya lulusan SMA pada sekolah di daerah 3T yang melanjutkan belajar pada perguruan tinggi turut menyumbang rendahnya APK pendidikan tinggi Indonesia. Tidak seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Yosada 2017 dan Ginting 2016, jumlah guru di Pongok dan Celagen Rahmadi, Pendidikan di Daerah…..83 sudah tercukupi. Namun, hasil penelitian ini mengungkap lebih jauh bahwa betul kualitas guru rendah, yang disinyalir hal tersebut dikarenakan masih banyak guru yang memiliki latar belakang pendidikan strata 1 bukan dari jurusan kependidikan. Sedikitnya lulusan sarjana pendidikan didaerah Pongok dan Celagen membuat banyaknya lulusan sarjana non-pendidikan turut mengajar di sekolah untuk memenuhi kekosongan guru. Meskipun, sebetulnya, hal tersebut membawa masalah baru, mengingat linieritas keilmuan sangat penting demi terjaganya kualitas pembelajaran dan pendidikan. Selain itu, banyak guru yang mendapat gelar sarjana pendidikan setelah mereka sudah mengajar bertahun-tahun dengan megikuti program perkuliahan jarak jauh. Dalam konteks pelaksanaan pendidikan di Pongok dan Celagen, sarana dan prasarana yang ada sudah mencukupi termasuk koleksi buku perpustakaan. Namun, terdapat satu jenis koleksi yang luput dari perhatian karena sebagain besar perpustakaan sekolah tidak memilikinya, yaitu koleksi buku panduan pendidik. Padahal, koleksi tersebut dapat dikatakan sangat penting sebagai referensi dan bahan belajar para guru untuk dapat terus meningkatkan kompetensinya dengan mandiri secara berkelanjutan. Apalagi, para guru yang berada di pulau terpencil sangat susah mengakses toko buku dan mengikuti berbagai pelatihan terkait dengan peningkatan profesionalisme guru. Secara keseluruhan, hasil penilitian ini menunjukkan perlu adanya tinjauan kembali terhadap pelaksanaan pendidikan di daerah terpencil atau daerah sejenis yang termasuk dalam wilayah 3T. Pemerintah pusat bersama dengan pemerintah daerah nampaknya terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan pendidikan di daerah 3T secara bertahap namun berkelanjutan, sehingga marjinalisasi pendidikan di daerah 3T sudah mulai berkurang secara perlahan. Kedepan, kualitas dan kuantitas pelaksanaan pendidikan di daerah 3T akan sama baiknya dengan sekolah di perkotaan dan semuanya akan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas telah menggalakkan berbagai program untuk mengatasi kesenjangan antar wilayah dan ketertinggal suatu daerah yang sampai saat ini mejadi isu yang harus diatasi sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Bappenas, 2016. Kabar baiknya adalah, bahwa jumlah daerah tertinggal di Indonesia semakin tahun semakin berkurang. Sudah semakin banyak daerah yang terentaskan dari ketertingalannya. Pelayanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan kedepan. SIMPULAN Potret pendidikan di pulau Pongok dan Celagen memiliki beberapa kemiripan sekaligus perbedaan dengan kondisi pendidikan di daerah kepulauan atau pada wilayah 3T lainnya. Sedikitnya lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi, masih terdapat cukup banyak guru yang berlatar belakang pendidikan strata 1 non-kependidikan, dan hampir tidak adanya koleksi buku panduan pendidik pada sekolah di Pongok dan Celagen harus menjadi perhatian yang serius bagi para pemangku kepentingan atau kebijakan terkait dengan dunia pendidikan di wilayah terkait. Penelitian yang hanya bersumber dari studi dokumentasi ini memiliki banyak keterbatasan, sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan menggunakan beragam metode penelitian dan teknik pengumpulan data untuk memperdalam hasil penelitian khususnya yang berkaitan dengan motivasi siswa, 84 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Januari 2020 kualitas guru, dan kelengkapan berbagai sumber belajar. DAFTAR RUJUKAN A’ing, A. 2015. Studi tentang pembangunan bidang pendidikan di daerah perbatasan Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Malinau. eJournal Pemerintahan Integratif, 3. Adlim, M., Gusti, H., & Zulfadli, Z. 2016. Permasalahan dan solusi pendidikan di daerah kepulauan Studi kasus di SMA negeri 1 Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Pencerahan, 102. Auldina, L. 2018. Marginalisasi pendidikan di daerah perbatasan studi kasus di Desa Mapur Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Retrieved from Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka Selatan. 2017. Kecamatan Kepulauan Pongok dalam Angka. Bangka Selatan Badan Pusat Statistik. Bappenas. 2016. Laporan akhir koordinasi strategis percepatan pelaksanaan program pembangunan daerah tertinggal untuk mendukung PP No. 78 Tahun 2014 dan Perpres No. 131 Tahun 2015. Jakarta Bappenas. Baswedan, A. R. 2014. Gawat darurat pendidikan di Indonesia. In the Emergency of Indonesian Education. A paper delivered at the meeting between Ministry and Head of Education Offices Indonesia-wide in Jakarta, on December Vol. 1. Campbell, A. M., & Yates, G. C. 2011. Want to be a country teacher? No, I am too metrocentric. Journal of Research in Rural Education, 26. Ginting, A. M. 2016. Kendala pembangunan provinsi daerah kepulauan Studi kasus Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri dan Hubungan Internasional, 41. Handre, P. S., Sullivan, D., & Crowson, H. 2009. Student characteristics and motivation in rural high school. Journal of Researchers Rural Education, 24166, 1-19. Imran, M. 2014. Pendidikan masyarakat terpencil di Dusun Tompu Desa Loru Kecamatan Sigi Biromaru. GeoTadulako, 12. Londa, V. 2016. Implemenasi kebijakan pendidikan dasar daerah kepulauan Studi di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara. Sosiohumaniora, 183, 263-271. Republika Online. 2019, March 11. Kemenristekdikti Targetkan Angka Partisipasi Kasar 50 Persen. Retrieved 26 September 2019, from Republika Online website Suardi, F., Sulfasyah, S., & Nur, H. 2016. Diskriminasi pendidikan masyarakat terpencil. Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi, 42. Syawaluddin, F. A. 2018, March 24. Rendahnya Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Tinggi. Retrieved 26 September 2019, from GEOTIMES website Yosada, K. R. 2017. Pendidikan di Beranda Terdepan Negara Perbatasan Entikong. Prosiding Seminar Nasional Penguatan Hubungan antara Pengembangan Keterampilan, Pendidikan, dan Ketenagakerjaan Generasi Muda pp. 192-201. ... Students in the rural areas are getting left behind due to the lack of educational services and innovation in the learning process. Many factors caused backwardness in terms of education in rural areas such as the lack of educators' abilities and skills competence and pedagogics, lack of facilities and infrastructure application of technology, and educational curricula that do not work properly Rahmadi, 2020. This problem had an impact on the lack of knowledge of students in some literacy, especially on digital literacy, which is known to be very important in the industrial revolution era Jamaluddin et al., 2023;Kurnia & Astuti, 2017;Rahmah, 2015;Techataweewan & Prasertsin, 2018;Zain, 2017. ...... The points on smart teaching were important to apply considering the condition of students in the rural areas is slightly different from urban areas. Several previous studies have also proven that these points could make a real contribution to the development of students during the learning process Febliza & Oktariani, 2020;Güneş & Bahçivan, 2018;Rahmadi, 2020. The points of smart teaching are then integrated into lesson study, and it was different from previous research, which has not integrated LS with smart teaching. ...p style="text-align justify;">Education for all and education equality has been an important issue to be payed attention to, especially in the rural areas in Indonesia. Education in rural areas is very underdeveloped due to the lack of the equitable distribution of education services. The main factors behind this problem are the pedagogic competence of teachers and inadequate infrastructure. These factors have a direct impact on the digital literacy of students in rural areas, even though digital literacy is very important in the era of the industrial revolution This research is a development research that is aimed at developing a valid, practical and effective Lesson Study LS-based smart teaching model. The study was conducted at a junior high school in Jeneponto Regency, South Sulawesi, Indonesia. The results showed that the LS-based smart teaching model developed was valid, practical, and effective to promote students' digital literacy. The development of this teaching model is expected to improve the quality of educators' pedagogic competence in teaching and be able to form educators' creative innovations that can directly have an impact on improving the quality of learning in the classroom.
Mungkinitu salah satu gambaran betapa sangat dibutuhkannya pendidikan di daerah terpencil. Sebut saja, kawasan Timur Indonesia, Papua. Tidak seperti di kota besar, sebut saja Jakarta, tak sulit bagi anak usia sekolah menjalaninya. Tak perlu banyak perjuangan untuk bisa sampai ke sekolah tujuan. Beda dengan mereka yang tinggal di daerah terpencil.
Selain ke perekonomian, dampak pandemi COVID-19 juga terasa ke dunia pendidikan. Sejak adanya pandemi ini, kebijakan-kebijakan baru pun mulai diterapkan di dunia pendidikan. Seperti belajar di rumah salah satunya. Para guru pun harus rela menjemput bola demi tercapainya pemerataan pendidikan di desa terpencil. Penerapan kebijakan belajar melalui sistem daring mungkin tak menjadi masalah di area perkotaan karena dukungan infrastruktur telekomunikasinya seperti koneksi internet yang baik. Akan tetapi beda halnya dengan nasib para pelajar dan guru di pedesaan yang jauh dari akses dan kemudahan internet. Ya, itulah yang dialami sejumlah siswa SMP Negeri 4 Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah karena tidak semua siswa dapat menikmati akses internet. Keterbatasan piranti seperti telepon genggam, atau bahkan jaringan internet yang semulus perkotaan menjadi kendala. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat juang untuk memajukan dunia pendidikan. Seperti yang dilakukan Mulud Sugito, Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Bawang. Sekolah yang terletak di Dusun Sigemplong, Desa Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang ini terletak di wilayah paling selatan Kabupaten Batang yang bersebelahan dengan kawasan wisata Dieng. Namun apa daya, tidak semua tenaga pendidik menguasai sistem daring ini. Siswa pun juga ada yang tidak memiliki telepon genggam atau pun jaringan internet lancar. Akhirnya Sugito bersama 11 guru Wiyata Bhakti lainnya sepakat untuk melakukan 'jemput bola' dengan mengantar tugas sekolah secara langsung ke rumah siswa. Beginilah salah satu medan yang terekam oleh kamera pewarta foto dari Antara ini. Terjal dan berliku, ditempuh demi memenuhi kebutuhan pemerataan pendidikan bagi anak-anak di desa terpencil. Setiap Senin pagi, kepala sekolah dan guru membagi tugas untuk mengantar tugas sekolah ke rumah siswa. Total keseluruhan siswa kelas VII sampai IX mencapai 43. Namun untuk saat ini, yang masih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar KBM hanya kelas VII dan VIII yang berjumlah 35 siswa. Guru harus menyusun program belajar dan tugas yang bisa digunakan siswa saat belajar di rumah selama satu minggu. Kemudian pada hari Sabtu, guru mengambil kembali hasil pengerjaan siswa untuk dikoreksi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan kebijakan belajar di rumah bagi pelajar hingga setingkat mahasiswa. Pembelajaran yang dikenal dengan sistem daring online mulai digeluti bagi semua siswa. Tapi bagi siswa di desa terpencil hal itu tak berlaku. Ini salah satunya. Meskipun demikian, para siswa ini tetap semangat untuk meraih cita-cita mereka dengan belajar yang tekun dan gigih. Mereka rela berjalan kaki dengan turun naik bukit sejauh sekitar satu kilometer hingga melewati aliran sungai di dasar bukit. Selain berjalan kaki, ada pula beberapa alternatif jalan lainnya. Namun jarak tempuh perjalanan harus dilalui berputar sejauh lebih kurang 20 kilometer. Para guru memilih untuk melalui jalan tercepat meski harus turun naik bukit guna mengantar materi pembelajaran ke rumah siswa. Semangat belajar dan kegigihan siswa di desa terpencil dalam menempuh pendidikan itu tidaklah mudah. Untuk itu, semangat yang tinggi perlu dihargai. Mereka dengan penuh semangat dan antusias menerima pelajaran dan tugas dari guru-guru mereka saat belajar di tengah pandemi ini. "Dari situasi pandemi ini, kami mengambil hikmah bahwa perjuangan anak didik kami dalam memperoleh pendidikan tidaklah mudah. Kami harus berjuang demi mereka agar dapat selalu belajar. Semoga pandemi COVID-19 ini segera sirna," ujar Mulud Sugito.
Pelayananpendidikan terutama di daerah-daerah terpencil seperti di daerah luar Jawa pada kenyataannya masih minim padahal dana APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) yang dialokasikan khusus untuk pendidikan sudah 20%.
Pendidikan di daerah terpencil dihadapkan dengan berbagai masalah yang kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat terpencil di kampong Manceri, Cigudeg Bogor memandang pentingnya pendidikan dan untuk mengetahui factor-faktor apa yang mempengaruhi rendahnya pendidikan di terpencil di Kampung Manceri, Cigudeg Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling, dengan pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi dan wawancara serta dokumentasi. Selanjutnya analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 1 Pendangan masyarakat di Kampung Manceri Cigudeg Bogor terkait pentingnya pendidikan masih sangat rendah, hal ini dibuktikan masih terdapat anak putus sekolah. 2 Yang menjadi penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Kampung Mancari, Cigudeg Bogor adalah rendahnya kesadaran dan pemahaman terkait pentingnya pendidikan, karena factor ekonomi, lingkungan dan jarak menuju kesekolah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Citizenship Virtues, 2022, 21, 291-300 ISSN 2775-9946 Potret Pendidikan di Daerah Terpencil Kampung Manceri Cigudeg Kabupaten Bogor Mohamad Abduh.* Andika Angga Basiru1, Melly Wulandari Narayana1, Nurlaila Safitri1, Rohman Fauzi1. 1Program, Magister PPKn STKIP Arrahmaniyah Depok, Indonesia Abstrak— Pendidikan di daerah terpencil dihadapkan dengan berbagai masalah yang kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat terpencil di kampong Manceri, Cigudeg Bogor memandang pentingnya pendidikan dan untuk mengetahui factor-faktor apa yang mempengaruhi rendahnya pendidikan di terpencil di Kampung Manceri, Cigudeg Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling, dengan pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi dan wawancara serta dokumentasi. Selanjutnya analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 1 Pendangan masyarakat di Kampung Manceri Cigudeg Bogor terkait pentingnya pendidikan masih sangat rendah, hal ini dibuktikan masih terdapat anak putus sekolah. 2 Yang menjadi penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Kampung Mancari, Cigudeg Bogor adalah rendahnya kesadaran dan pemahaman terkait pentingnya pendidikan, karena factor ekonomi, lingkungan dan jarak menuju kesekolah. Kata kunci Daerah Terpencil, Potret Pendidikan, Kabupaten Bogor. Histori Dikirim 23 Januari 2022 Direvisi 26 Februari 2022 Diterima 26 Februari 2022 Online 28 Februari 2022 ©2022 JCV Authors agree that this article remains permanently open access under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike International License Identitas Artikel Abduh, M, Basiru, A. A, Narayana, M. W, Safitri N, Fauzi, R. 2022. Potret Pendidikan di Daerah Terpencil Kampung Manceri Cigudeg Kabupaten Bogor. Jurnal Citizenship Virtues, 21, 291-300. PENDAHULUAN Pendidikan di wilayahterpencil dikenal akan keunikannya dengan aneka permasalahan yang kompleks. Sebagaimana halnya di Kampung Manceri, Cigudeg Kabupaten Bogor, sebuah kampung yang mengalami keterbatasan guru dan tenaga administrasi, rendahnya kesejahteraan guru, minimnya prasarana dan sarana sekolah, tidak meratanya pendidikan dan budaya pendidikan yang sangat rendah Yosada; 2017. Kenyataan ini yang menggambarkan berbagai kendala dalam pengembangan pendidikan disebabkan oleh 1 sarana dan pra sarana pendidikan yang belum mencukupi 2 kondisi geografis yang terlampau jauh menuju sekolah 3 sedikitnya jumlah tenaga pengajar dengan kualitas rendah *Corresponding author. E-mailmohamadabduh73 Abduh, Basiru, Narayana, Safitri & Fauzi 292 Ginting2916.Berdasarkan temuan penelitian tersebut, diperoleh data bahwa pendidikanbelum merata. Kesenjangan kualitas pendidikan antara di kota dengan di daeah terpencil masih tinggi. Masih banyak sekolah-sekolah didaerah terpencil yang belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Bangunan sekolah yang megah diperkotaan dengan fasilitas prasarana dan sarana sekolah yangbegitu lengkap menjadi hal wajib. Akan tetapi, hal tersebut menjadi langka biladibandingkan dengankondisi sekolah di daerah terpencil. Alba 2011 menjelaskan pendidikan merupakan penentu arah kemana bangsa ini akan dibawa. Jika arah pendidiiannya benar dan prosesnya lurus serta ilmiah maka bangsa itupun dapat dipastikan akan maju, arif, adil, sejahtera dan beradab. Usman 2014 terdapat dua factor yang bisa dijelaskankenapa usaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan belumsesuai harapan. 1 lebih mengutamakan input oriented dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan . 2, dalam melakukan pengelolaan dibidang pendidikan mengutamakan macro-oriented, yang dominan diatur oleh birokrasi di pusat. Dampaknya banyak factor yang diproyeksikan pada tingkat makro pusat namun tidak terealisirsesuai harapan pada tingkat mikro sekolah. Saripudin 2010 mengatakan, proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Demikian juga Nasution 2015 mengatakan, bahwa suatu lingkungan masyarakat meyakini bahwakehidupannya mendatang ditentukan oleh pendidikan. Aneka permasalahan menjadi penghambat dalam pelaksanaan pendidikan di wilayah terpencil. Minimnya prasarana dan sarana sekolah, antara lain gedungseisinya, alat sekolah sebagai pendukung terlaksananya kegiatan belajar mengajar, institusi tempat berlangsungnya kegiatan belajar, dan kualitas tenaga pendidik. Selain hal tersebut masih ada masalah lain misalnya; distribusi tidak seimbang, insentif rendah, kualifikasi di bawah standar, guru yang kurang kompeten, dan ketidak sesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang ditempuh, penerapan kurikulum disekolah yang belum sesuai dengan mekanisme dan proses sesuai lain yaitu angka putus sekolah masih relative tinggi. Pola pembelajaran yang masih konvensional, disebabkan guruhanya mengajar melalui ceramah tanpa ada inovasi ataupun modifikasi system pembelajaran. Hal ini disebabkan tidak ada fasilitas yang memadai untuk menunjang kemajuan proses pembelajaran yang dilakukan, juga guru yang mengajar dengan ilmu yang seadanya. Dalam pendidikan di daerah terpencil memiliki dampak positif dan dampak negatif yaitu kesadaran akan pentingnya pendidikan itu masih kurang, serta ketidak mampuan ekonomi keluarga, akibat pendidikan yang dirasakan sangat mahal. Disamping itu faktor lain yang menyebabkan anak-anak tidak menempuh pendidikan adalah faktor lingkungan dan jarak antara rumah ke sekolah. Dunia pendidikan sangat merasakan dampak positif dari perkembangan teknologi itu. Dari bantuan teknologi,peristiwa pembalajan dapat berlangsung antar sekolah dalam sekejap,seseorang dapat mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Perubahan sosial, Ekonomi dan teknologi itu membawa konsekuensi terhadap dunia pendidikan dalam mempersiapkan SDMyang berkualitas untuk menghadapi perubahan-perubahan yang menyebabkan kesenjangan itu antara lain adalah rendahnya mutu anak saat masuk sekolah dan sedikitnya jam belajar para murid. Potret Pendidikan di Daerah Terpencil … 293 Pentingnya Pendidikan Di Daerah-Daerah Terpencil yaitu Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting bagi anak bangsa. Namun pendidikan di Indonesia ternyata belum membuat semua lapisan masyarakat Indonesia khususnya daerah perbatasan dan pedalam atau daerah terpencil belum menikmati pendidikan dengan selayaknya. Hal ini membuat perekonomian masyarakat pedalaman atau terpencil tidak meningkat. Pemerintah pusat dan daerah harus mengambil langkah agar pembangunan dibidang pendidikan merata sampai di daerah pedalaman agar dapat meningkatkan SDM yang berkualitas di seluruh wilayah Indonesia. Pendidikan di daerah terpencil Kampung Manceri Cigudeg Bogor sangat berkaitan karena kampung tersebut memiliki pendidikan daerah terpencil. Di mana Kampung Manceri Cigudeg keberadaanya terpisah dari kampong lainnya, Kampung Manceri terletak jauh di balik bukit yang sangat susah di tempuh oleh kendaraan seperti sepeda motor terlebih mobil. Jalan penghubung ke kampong Manceri tidak rata sempit, terjal dan di sisi kiri dan kanan adalah tebing dan jurang yang dalam. Di kampung Manceri belum semuah memakai listrik, alat penerang ditiap rumah masih ada menggunakan lampu pijar. Berdasarkan pemetaan Kemendikbuddiperoleh data bahwa 75% sekolah di Indonesia tidak terpenuhi standar layak minimal pendidikan, hal ini dilakukan pemetaan terhadap sekolah di Indonesia. Disamping itu dari hasil uji kompetensi terhadap guru diperoleh data bahwa skor yang diperoleh rata-rata hanya mencapai 44,5 sementara kriteria standar minimal yang ditetapkan adalah 70.Baswedan;2014 Pendidikan masyarakat terpencil di Kampung Manceri Cigudeg Bogor banyak yang tidak menempuh pendidikan, selanjutnya ada lagi yang menempuh pendidikan tetapi hanya sampai pada tingkat Sekolah Dasar SD kemudian tidak melanjutkan lagi ke tingkat atas. Berdasarkan data di atas, masyarakat terpencil di Kampung Manceri yang usia wajib sekolah tetapi tidak bersekolah, disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti kesadaran dari warga masyarakat akan pentingnya pendidikan sangat rendah, orang tua dominan mengarahkan anaknya bekerja untuk mendapatkan uang, ini berakibat rendahnya motivasi anak dalam melanjutkan lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan. Apabila anak-anak berada dilingkungan yang terdapat banyak anak-anak putus sekolah maka anak tersebut akan terpengaruh oleh perbuatan maupun tindakan anak yang putus sekolah. Terpencil atau tertinggal adalah letak sekolah yang sulit dijangkau. Alasan berikutnya adalah kurangnya fasilitas dan hiburan. Hal lain yang juga butuh perhatian adalah terkait kualitas Cambell dan Yates 2011 didapati bahwa para guru cenderung memilih tempat untuk mengajar dan paling banyak pilihannya mengajar diperkotaan. Pada umumnya guru di wilayah terpencil adalah guru yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan maksimum. Misran Syaifullah 2014 dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa Banyak anak-anak petani yang tidak meneruskan pendidikan mereka ke tingkat yang lebih tinggi. Kebanyakan dari mereka hanya menempuh pendidikan setingkat SD-SLTP, hal ini disebabkan oleh berbagai alasan seperti pendidikan yang diperoleh selama SD sudah cukup dan kendala pendidikan seperti masalah ekonomi, minat anak yang kurang,perhatian orang tua yang rendah, serta budaya. Abduh, Basiru, Narayana, Safitri & Fauzi 294 Keluarga petani banyak yang mempunyawawasankalau pendidikan itukurang penting, yang mengakibatkan anak-anak mereka banyak yang berhenti sekolah. Keadaan lingkungan dan kondisi masyarakat di daerah terpencil, khususnya di Kampung Manceri, Cigudeg Bogor merupakan salah satu penghambat berlangsungnya proses pendidikan. Di daerah tersebut belum banyak adanya pembangunan seperti di daerah perkotaan, yaitu pembangunan jalan perbaikan jalan, sehingga alat transportasi sulit menjangkaunya. Belum lagi kondisi jalan yang berkelok-kelok dan tanjakan yang memperburuk kondisi untuk mejangkau Sekolah tersebut. Berbagai dampak dari masalah muncul seiring dengan memanasnya masalah pendidikan yang dialami oleh daerah terpencil. Akibat dari permasalahan diatas, maka meningkatnya kualitas pendidikan di wilayah pedalaman menjadi 2021 dalam analisis nya menyampaikan bahwa perlu memahami falsafah hidup sebagai landasan kearifan local masyarakat, dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna memperoleh informasi yang aktual tentang potret pendidikan di daerah terpencil. METODE PENELITIAN Penelitian tentang potret pendidikan di daerah terpencil ini merupakan penelitian deskriktif dengan pendekatan kualitatif, di mana peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mengetahui potret pendidikan di Kampung Manceri, Cigudeg Kabupaten Bogor. Pudjiastuti 2019 menjelaskan bahwa metode deskriptif kualitatif memberikan gambaran secara sistematis, akurat dan menyeluruh mengenai fakta, terhadap potret pendidikan di daerah terpencil, seperti di Kampung Manceri Cigudeg Bogor ini.. Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer, yaitu berupa kata-kata dan tindakan/perilaku orangorang yang diamati dari hasil wawancara serta observasi, sedangkan data-data sekunder didapatkan berupa dokumen tertulis, gambar dan foto-foto. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 sampai 28 Maret 2021. Analisa ini dilakukan dengan cara menyusun, mereduksi data, menyajian dan memberikan verifikasi untuk penarikan kesimpulan. Sedangkan teknik keabsahan data melalui teknik triangulasi sumber, dan triangulasi adanya informan triangulasi tidak berarti mendapatkan kebenaran mengenai fenomena-fenomena, namun terkait denganmeningkatnya pemahaman yang dimiliki peneliti tentang sesuatu yang sudah didapatkan dalam penelitian SR Pudjiastuti & Rumiati, 2019. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari hasil observasi dan wawancara mengenai potret pendidikan di daerah terpencil kampung Manceri, Cigudeg Kabupaten Bogor, dan factor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan masyarakat terpencil di daerah tersebut antara lain terdapat empat faktor 1 kesadaran akan pentingnya pendidikan, 2 ekonomi, 3 lingkungan dan 4 faktor jarak antara rumah dan sekolah, empat factor ini adalah penyebab utama Potret Pendidikan di Daerah Terpencil … 295 sehingga masyarakat di kampung Manceri, Cigudeg Kabupaten Bogor banyak yang tidak menempuh pendidikan serta putus sekolah. 1. Pandangan Masyarakat kampung Manceri, Cigudeg Kabupaten Bogor, terkait Pentingnya Pendidikan Pandangan ataupun respon masyarakat terpencil di kampung Manceri, Cigudeg Bogor terhadap pentingnyapendidikan masih rendah, hal ini tampak dari kepedulian masyarakat untukmenyekolahkan anaknya belum menjadi suatu prioritas utama. Carapandang inilah yang kemudian dapat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat kampung Manceri dalam membuat keputusan terkait dengan penting atau tidak pentingnya pendidikan. Pandangan terhadap arti pentingnya pendidikan dari setiap orang berbeda-beda, hal ini tampak dengan bagaimana para orang tua menyikapi seberapa besarnya pengaruh pendidikan dalam kehidupan mereka. Sebagian besar masyarakat kampung Manceri belum memiliki kesadaran akan arti penting pendidikan bagi masa depan mereka, pandangan masyarakat terhadap arti penting pendidikan masih rendah, hal ini bisa di lihat dari tingkat kepedulian masyarakat kampung Manceri pada pendidikan masih rendah. Kondisi ini sungguh memprihatinkan. Di kampung Manceri, masih banyak masyarakat yang belum memperoleh pendidikan dan sebagian sudah memperoleh pendidikan dasar SD, akan tetapi mereka kesulitan melanjutkan studi mereka. Orang tua mereka hanya berfikir bahwa anak-anak cukup bisa menulis dan membaca serta bisa membantu menyelesaikan pekerjaan rumah dan kebun, hal ini sudah lebih dari cukup. Hambatan lain yang di hadapi masyarakat kampung Manceri ialah tidak adanya sarana dan fasilitas yang memadai serta tidak adanya dana yang cukup untuk melanjutkan sekolah, sebagaimana yang diungkapkan Yosada 2017 dan Ginting 2016 dalam hasil penelitiannya. Pada umumnya, di wilayah pedalamanhanya ada Sekolah Dasar ataui MI dan beberapa sudah terdapat sekolah menengah pertama atau MTs. Sedangkan, sekolah lanjutan tingkat atas setara SMA biasanya ada di kabupaten. Faktor ini juga yang menyebabkan masyarakat daerah terpencil enggan untuk sekolah. Pada hal pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kompetensi, membentuk karakterdan peradaban suatu bangsa yang memiliki martabat untuk mencapai tujuan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, yang menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah, sebagaimana diungkapkan Bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara dengan Tri Pusat Pendidikannya. Kenyataan ini tercerimin dalam hasil wawancara dengan Bpk Uju tokoh masyarakat berikut ini ‟Tingkat pendidikan masyarakat kampung Manceri 50% SD/MI dan SMP 40%, untuk SMA hanya 8 % sedangkan yang kuliah hanya 2 %.‟Wawancara dengan Bpk. Uju 28 Maret 2021 Penjelasan ini senada dengan yang dinyatakan oleh pengurus Yayasan yang sekaligus selaku sekretaris Desa Kampung Manceri yang menjelaskan bahwa tingkat pendidikan terakhir masyarakat kampong Manceri dominan adalah SLTP/MTs, sekalipun sudah ada juga yang melanjutkan sampai tingkat SLTA, hasil wawancara sebagai berikut Abduh, Basiru, Narayana, Safitri & Fauzi 296 „‟Tingkat pendidikan formal yang ditempuh masyarakat di kampong Manceri rata-rata SLTP/MTs, tapi sebagian juga ada yang melanjutkan ke SLTA.‟‟Wawancara dengan Wesa 28 Maret 2021. Sedangkan dari warga orang tua ada yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di kampung Manceri sampai tingkat SLTA. Hasil wawancara sebagai berikut „‟ Pendidikan anak-anak di kampung Manceri ada sedikit yang sampai tingkat SMA,‟ dan tidak ada yang kuliah. Wawancara dengan Bpk. Mahmud 28 Maret 2021 Hal ini juga dinyatakan oleh warga bahwa pendidikan terakhir ada yang mencapai tingkat SLTA, hasil wawancara sebagai berikut „‟dibandingkan dengan yang sekolah masih lebih banyak yang tidak sekolah, sekalipun ada juga yang lulus SMA/MA,‟Wawancara dengan Bpk Saepul Upad 28 Maret 2021 Dari paparan data dan hasil wawancara dengan beberapa penduduk bahwa rata-rata mayoritas tingkat pendidikan terakhir penduduk kampung Manceri adalah tingkat SLTP/MTs, namun juga ada yang sampai tingkat SLT/MA tapi tidak banyak. Gambar 1 Kegiatan menanamkan kesadaran pada orang tua akan pentingnya pendidikan Oleh sebab itu dari hasil paparan data di atas diperlukannya solusi dalam meningkatkan motivasi orang tua untuk menyekolahkan putra/putrinya sampai ke pendidikan tingkat atas, disadari begitu besar perananpendidikan untukumat manusia untuk mengarahkan kehidupannya pada kesejahteraan untuk selayaknya semua manusia mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan, baik dalam pendidikan keluarga maupun pendidikan yang diperoleh secara formal, yang mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, pada proses pendidikan tidak membedakanberlatar belakang apa asal usul para siswa, apakah keluarga petani, pegawai, semua memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bagi dirinya selain pendidikan juga merupan perintah Allah untuk menuntun hidup manusia supaya hidupnya akan lebih membaik, lebih bahagia dan sejahtera. Untuk itu perlu adanya kesadaran dari orang tua Potret Pendidikan di Daerah Terpencil … 297 dan upaya dari pemerintah untuk mendukung berlangsungnya pendidikan. Seperti yang dinyatakan oleh bapak Soma Wijaya sebagai Kepala Desa Kampung Manceri dalam wawancaranya sebagai berikut ‟ Adanya kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anakanaknya dan kesadaran dari masyarakat juga ikut mendukung upaya pemerintah dalam mensukseskan wajib belajar 9 tahun.‟Wawancara 27 Maret 2021 Jadi dari rendahnya tingkat pendidikan yang ada di kampung Manceri ini maka juga diperlukannya solusi bagaimana untuk meningkatkan motivasi dan membangun kesadaran orang tua untuk mengerti tentang arti pentingnya sebuah pendidikan. Untuk itu, mereka lebih memilih untuk bekerja di ladang, berkebun, beternak,buruh yang langsung dapat menghasilkan uang. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pendidikan di kampung Manceri, Cigudeg Kabupaten Bogor Berikut adalahfactor-faktor yang berpengaruh terhadaprendahnya pendidikan di kampung Manceri, adapun faktor-faktor tersebut yaitu a Faktor kesadaran akan pentingnya pendidikan. Kesadaran akan pentingnya pendidikan yang sangat rendah berakibat banyak anak yang tidak sempat mengenyam pendidikan, cara berfikir masyarakat terpencil di kampong Manceri yang lebih mengutamakan bekerja demi menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak terlalu memperhatikan pendidikan anak. Disamping itu, didukung oleh anak-anak di kampung Manceri juga apatis terhadap pendidikan. Tidak ada motivasi dari keluarga untuk memberikan pemahaman terkait pentingnya pendidikan terhadap anak. Sebagaimana diungkapkan oleh Handre, Sullivan dan Crowson 2009 bahwa para siswa tidak mengetahui mengapa mereka harus ke ini berdampak, pendidikan tidak dipandang penting oleh petikan wawancara dengan Fatimah. ‟uda bosen sekolah kak,tugasnya banyak sih pusing gak kuat,lagian aku suka main-main sama teman kalau masih sekolah gak ada waktu buat main ngerjain tugas terus, orang tua sih pengennya saya tetap sekolah ya gimana kak udah males selalu dipaksa malah jadi stress, akhirnya orang tua ngalah aja.‟Wawancara dengan Fatimah 28 Maret 2021 Abduh, Basiru, Narayana, Safitri & Fauzi 298 Gambar 2 Mahasiswa Magister PPKn memotivasi siswa untuk pentingnya sekolah Kesadaran akan pendidikan, perlu ditumbuhkan dalam diri anak, bahwa pendidikan sangat penting bagi manusia karena berkaitan langsung dengan berbagai kebutuhan pokok manusia akan sulit berkembang tanpa pendidikan, pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki, karena memiliki pendidikan maka individu akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang. b Faktor ekonomi Faktor ekonomi juga menjadi penyebab anak putus sekolah. Mata pencaharian masyarakat di kampung Manceri dominan menjadi petani, di mana pada umumnya sebagai petani ladang. Hasil panen berupa padi, dan sayur-sayuran. Pendapatan masyarakat petani setiap panen bergantung pada lahan yang diolah. Penghasilan yang didapat terkadang tidak sesuai dengan yang keluarkan saatpengolahan maupun perawatan, pemupukan sampai panen. Dengan pendapatan yang demikian tentunya sangat mempengaruhi kehidupan keluarga apalagi bagi yang mempunyai anggota keluarga banyak, maka otomatis kebutuhan ekonomi keluarga menjadi besar juga. Penghasilan yang didapat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang semakin meningkat sehingga sangat sulit bagi mereka untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Pada kondisi tersebut orang tua mesti memilih jalan untuk memberhentikan anaknya sekolah dan meminta mereka agar menolong orang tua mengatasi agar dapat terpenuhi kebutuhansehari-hari. Berikut petikan wawancara dengan Halimah. ‟Gi mana yah kak saya itu sudah malas dengan dunia sekolah, dulu saya pernah mau sekolah tapi saya pikir-pikir lagi kayaknya saya lebih baik membantu orang tua dirumah.‟‟Wawancara dengan Halimah 28 Maret 2021. Petikan wawancara di atas menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka lebih memilih di rumah untuk membantu orang tua mereka. c Faktor lingkungan Lingkungan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah di kampung Manceri. Kondisi lingkungan yang parah disebabkan banyaknya anak putus sekolah dengan usia mereka rata-rata hampir sama sehingga sangat mudah saling mempengaruhi perkembangan anak, karena mereka disibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Lingkungan pergaulan yang juga mempengaruhi anak untuk tidak melanjutkan sekolah salah satunya adalah anak yang sering bergaul dengan anak-anak yang tidak sekolah yang pikirannya bagaimana cara mendapatkan uang, hal ini akan mempengaruhi perilaku anak untuk ikut dalam dunia kerja, berikut petikan wawancara dengan Salimah Potret Pendidikan di Daerah Terpencil … 299 ‟Tadinya mau berhenti sekolah mikir-mikir juga tapi saya liat teman-teman banyak juga yang tidak sekolah.‟‟Wawancara dengan Salimah 28 Maret 2021 Petikan wawancara diatas menunjukkan bahwa pemahaman tentang konsep pendidikan dalam diri anak sangat di pengaruhi oleh lingkungan dengan segala kebiasaan yang ada didalamnya. Tak dapat dipungkiri faktor lingkungan dan pergaulan khususnya dengan teman sebaya sangat berpengaruh pada perkembangan kerakter anak. d Faktor jarak antara rumah dan sekolah Faktor lain yang mempengaruhi anak putus sekolah di kampung Manceri adalah jarak antara rumah dan sekolah. Gambar kondisi sekolah di Kampung Manceri MI Uswatun Hasanah Sarana pendidikan dikampung Manceri masih sangat terbatas yaitu hanya ada satu Sekolah Dasar SD dan satu MI di wilayahKelurahan, dan satu buah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP,dan sekolah lanjutan Tingkat Atas SLTA yang berada di Ibu Kota Kecamatan Cigudeg yang jauh dari rumah-rumah masyarakat. Petikan wawancara dengan ibu Marlinah mengatakan hal ini merupakan penyebabanak menjadi malas/tidak mau untuk melanjutkan ke SMP. ‟ Keadaan jalan atau akses jalan yang menghubungkan kampung Manceri belum bagus, transportasi yang tidak ada dan jika musim hujan jalan menjadi berlumpur dan licin.‟Wawancara dengan ibu Marlinah 28 Maret 2021 KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa wawasan warga pedalamandi Kampung Manceri, Cigudeg Kabupaten Bogor tentang pendidikan tidak seutuhnya baik, hal ini tampak dari tingkat kepedulian mereka pada pendidikan bagiputra-putrinya masih rendah. Masih banyaknya anakusia sekolah yang tidak melanjutkan studinya. Pemikiran orang tua yangberanggapan bahwa pendidikan tidak menjadi prioritas, orang tua lebih mengutamakan putra/putrinyamencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tingkat pendidikan masyarakat pedalaman yang rendah disebabkan oleh rendahnya kesadaran orang tua terkait pentingnya pendidikan bagi anak, serta rendahnya kemampuan ekonomi keluarga, hal ini Abduh, Basiru, Narayana, Safitri & Fauzi 300 berakibat pada pendidikan itu dirasakan begitu mahal. Selain itu, faktor lain yang menjadi sebab anak-anak tidak dapat melanjutkan pendidikan adalah karena faktor lingkungan, dan juga jarak antara rumah menuju sekolah. REFERENSI Alba, Cecep 2011, Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Perguruan Tinggi. Jurnal Sosioteknologi Edisi 24. Baswedan, R 2014, Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia, Kementrian Pendidikan. Dalam Darurat Pendidikan. Makalah di sampaikan pada pertemuan antara Kementrian dan Kepala Dinas Pendidikan se-Indonesia di Jakarta, Desember Campbell, AM & Yates, GC 2011 Ingin Menjadi Guru Negara ?Tidak, saya terlalu metro sentris. Jurnal Penelitian Pendidikan Pedesaan, 26. Ginting, M. 2016, Kendala Pembangunan Provinsi Daerah Kepulauan Studi Kasus Propinsi Kepulauan Riau. Jurnal Politik Dinamika Masalah Politik dalam Negeri dan Hubungan Internasional, 41. Handre, PS, Sulivan,D& Crowson,H. 2009, Karakteristik dan Motivasi Siswa di SMA Pedesaan. Jurnal Peneliti Pendidikan Pedesaan, 24 166, 1-19. Nasution,2015 Sosiologi Pendidikan, Bumi Aksara. Pudjiastuti, Sri Rahayu, 2019, Penelitian Pendidikan, Yogyakarta Media Akademi. Pudjiastuti, Sri Rahayu, The Culture and Local Wisdom of The Indigenous People Kasepuhan Sinar Resmi. JhSS Journal of Humanities and Social Studies, e-ISSN2598-120X p-ISSN2598-117X. Sinta-3. Vol. 5, issue 2. Pages 198-202. 2021. Saripudin 2010, Interpretasi Sosiologis Dalam Pendidikan, Bandung Karya Putra Darwati. Syaifullah. 2014. Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak. Jakarta Bumi Aksara. Usman, Samad 2014, Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal Ilmiah Didaktika Volume 15. Yosada, Pendidikan di Beranda Terdepan Negara Perbatasan Entikong. “Prosiding Seminar Nasional Penguatan Hubungan Antara Pengembangan Ketrampilan, Pendidikan, dan Ketenagakerjaan Generasi Muda.” ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Samad UsmanNational education management in Indonesia as a whole still remains to be centralized, so that less encouraging democratization and decentralization of education. Basically, education management issues concerning the efficiency in the utilization of existing resources. National education management is a neat strategy to overcome the negative effects of globalization. Hence strengthening it will steer globalization in a positive direction for the development of the nation. Centralized management system of education that has been proven to not bring significant progress to improve the quality of education in general. Even in certain cases, the centralized management of education had led to limit creativity in various types and levels of education. Keywords National Education; Globalization; Education ManagementStrategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Perguruan TinggiCecep AlbaAlba, Cecep 2011, Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Perguruan Tinggi. Jurnal Sosioteknologi Edisi Darurat Pendidikan di Indonesia, Kementrian Pendidikan. Dalam Darurat Pendidikan. Makalah di sampaikan pada pertemuan antara Kementrian dan Kepala Dinas Pendidikan se-Indonesia diR BaswedanBaswedan, R 2014, Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia, Kementrian Pendidikan. Dalam Darurat Pendidikan. Makalah di sampaikan pada pertemuan antara Kementrian dan Kepala Dinas Pendidikan se-Indonesia di Jakarta, Desember Menjadi Guru Negara ?Tidak, saya terlalu metro sentris. Jurnal Penelitian Pendidikan PedesaanA M CampbellYatesGcCampbell, AM & Yates, GC 2011 Ingin Menjadi Guru Negara ?Tidak, saya terlalu metro sentris. Jurnal Penelitian Pendidikan Pedesaan, dan Motivasi Siswa di SMA PedesaanP S HandreSulivanH CrowsonHandre, PS, Sulivan,D& Crowson,H. 2009, Karakteristik dan Motivasi Siswa di SMA Pedesaan. Jurnal Peneliti Pendidikan Pedesaan, 24 166, Culture and Local Wisdom of The Indigenous People Kasepuhan Sinar ResmiSri PudjiastutiRahayuPudjiastuti, Sri Rahayu, The Culture and Local Wisdom of The Indigenous People Kasepuhan Sinar Resmi. JhSS Journal of Humanities and Social Studies, e-ISSN2598-120X p-ISSN2598-117X. Sinta-3. Vol. 5, issue 2. Pages 198-202. Seminar Nasional Penguatan Hubungan Antara Pengembangan Ketrampilan, Pendidikan, dan Ketenagakerjaan Generasi MudaK R YosadaYosada, Pendidikan di Beranda Terdepan Negara Perbatasan Entikong. "Prosiding Seminar Nasional Penguatan Hubungan Antara Pengembangan Ketrampilan, Pendidikan, dan Ketenagakerjaan Generasi Muda."
potretpendidikan di daerah terpencil kondisi pendidikan indonesiakondisi pendidikan indonesia,potret buram pendidikan indonesia,fakta buruk pendidikan indon
A. Prolog Negara kita merupakan Negara maritim, yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga pulau Rote. Dari pulau yang paling besar sampai pulau yang paling kecil, yang mana mempunyai sumber kekayaan alam yang melimpah, begitu pula memiliki sumber daya manusia yang melimpah pula. Akan tetapi banyak problem yang melingkupi dalam dunia pendidikan diantaranya masalah rasio guru dengan peserta didik, implementasi kurikulum, kebijakan pendidikan, hingga masalah pemerataan pendidikan terutama problematika pendidikan didaerah terpencil. Oleh karena itu, pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan Nasional. Akan tetapi kita ketahui bersama pendidikan yang kita miliki belum dapat merata keseluruh daerah Indonesia, khususnya terpencil yang jauh dari kota. Hal ini sangat memprihatinkan untuk Negara yang besar dan kaya yang sedang berkembang seperti Indonesia, yang mana sedang menuju kesejajaran dengan bangsa-bangsa lain dalam upaya pencapaian Tujuan Pembangunan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCILAhmad FatahDosen Institut Agama Islam Negeri IAIN Kudus, IndonesiaA. PrologNegara kita merupakan Negara maritim, yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Terbentang dariSabang sampai Merauke, dari Miangas hingga pulau Rote. Dari pulau yang paling besar sampaipulau yang paling kecil, yang mana mempunyai sumber kekayaan alam yang melimpah, begitupula memiliki sumber daya manusia yang melimpah pula. Akan tetapi banyak problem yangmelingkupi dalam dunia pendidikan diantaranya masalah rasio guru dengan peserta didik,implementasi kurikulum, kebijakan pendidikan, hingga masalah pemerataan pendidikan terutamaproblematika pendidikan didaerah terpencil. Oleh karena itu, pembangunan pendidikanmerupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan tetapi kita ketahui bersama pendidikan yang kita miliki belum dapat merata keseluruhdaerah Indonesia, khususnya terpencil yang jauh dari kota. Hal ini sangat memprihatinkan untukNegara yang besar dan kaya yang sedang berkembang seperti Indonesia, yang mana sedangmenuju kesejajaran dengan bangsa-bangsa lain dalam upaya pencapaian Tujuan Mapping Masalah Pendidikan dan Tipologi Daerah Terpencil1. Mapping Masalah Pendidikan Daerah TerpencilPada Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka MenengahRPJM Nasional tahun 2004-2009 digambarkan bahwa kesenjangan pembangunan antar daerahmasih lebar, seperti a. antara Jawa – Luar Jawa, b. antara Kawasan Barat Indonesia KBI – Kawasan Timur Indonesia KTI, serta c. antara kota – desa. Untuk dua konteks pertama, ketimpangan telah berakibat langsung pada munculnyasemangat kedaerahan yang pada titik yang paling ekstrim, muncul dalam bentuk upaya-upayaseparatis. Sedangkan untuk konteks yang ketiga – kesenjangan antara desa dan kota – disebabkan oleh investasi ekonomi infrastruktur dan kelembagaan yang cenderung terkonsentrasi di daerahperkotaan. Akibatnya, kota mengalami pertumbuhan yang lebih cepat sedangkan wilayahperdesaan relatif tertinggal 2016. Ketertinggalan tingkat kemajuan wilayah perdesaan juga disebabkan oleh masih rendahnyaproduktivitas dan kualitas petani dan pertanian, terbatasnya akses petani terhadap sumber dayapermodalan, serta rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur pertanian dan kesejahteraan masyarakat di perdesaan, yang mencakup sekitar 60 persen pendudukIndonesia, khususnya petani masih sangat rendah tercermin dari julah pengangguran dan jumlahpenduduk miskin yang lebih besar dibandingkan perkotaan. Percepatan desentralisasi dan otonomi daerah menghadapi kendala antara lain masihterbatasnya ketersediaan sumber daya manusia yang baik dan profesional; masih terbatasnyasumber-sumber pembiayaan yang memadai, baik yang berasal dari kemampuan daerah itusendiri internal maupun sumber dana dari luar daerah eksternal; belum tersusunnyakelembagaan yang efektif; belum terbangunnya sistem dan regulasi yang jelas dan tegas;kurangnya kreativitas dan partisipasi masyarakat secara lebih kritis dan rasional. Belumoptimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah antara lain karena belum jelasnyakewenangan antara pemerintah pusat dan daerah yang berakibat pada tumpang tindihnyakebijakan pusat daerah, masih rendahnya kapasitas pemerintah daerah, masih rendahnyakerjasama antar daerah dalam penyediaan pelayanan publik, serta meningkatnya keinginan untukmembentuk daerah otonom baru yang belum sesuai dengan tujuannya. Penyeimbangan pembangunan sudah saatnya mulai dilaksanakan diantaranya memulaipembangunan desa terpencil, tertinggal dan pulau pulau kecil sesuai kebutuhan kondisi fisiksetempat dan kebutuhan komunitas dalam menunjang kehidupan dan penghidupan sehari harinyaDesa tertinggal, terpencil dan pulau pulau kecil secara rata rata dapat dikategorikan sebagaiwilayah yang pelayanan infrastrukturnya jauh dari standar minimal. Penanganan desa terpencil, tertinggal dan pulau pulau kecil hendaknya dilakukan bukansekedar pemerataan pembangunan tapi justru menjadi fokus kegiatan pembangunan nasionalyang dampak utamanya adalah menghilangkan ketertinggalan dan meminimalkan kemiskinanmasyarakat melalui layanan kemudahan bagi kawasan tersebut serta komunitas yang tinggaldidalamnya. Pengembangan kawasan dan permukiman merupakan entry point yang konseppenanganannya telah mendekati baku dengan pendekatan pemberdayaan sosial kemasyarakatan,ekonomi dan lingkungan akan menyentuh langsung secara komprehensif baik fisik kawasannyamaupun masyarakat yang tinggal didalamnya. Kegiatan identifikasi desa terpencil, tertinggal dan pulau pulau kecil diharapkan dapat mendatakawasan kawasan tersebut secara rinci yang ditampilkan dalam urutan prioritas yangmengutamakan kawasan yang perlu segera ditangani, melalui pendekatan dan batasan daerahpada hirarki Kabupaten. Sementara itu Program pembangunan Nasional Propenas menjadikan pengembangankawasan tertinggal sebagai prioritas pembangunan dan pada dasarnya kegiatan ini merupakansalah satu bentuk pemerataan pembangunan agar secara keseluruhan Pembangunan Nasionalmaju secara Tipologi Daerah TerpencilDesa Terpencil merupakan Kawasan Perdesaan yang terisolasi dari PusatPertumbuhan/daerah lain akibat tidak memiliki atau kekurangan Sarana InfrastrukurPerhubungan, sehingga menghambat pertumbuhan/ perkembangan kawasan. Atas dasar definisiyang ditetapkan di atas, Kriteria untuk menentukan mengindikasikan Desa Terpencil dalamkegiatan ini yaitu a daerah perdesaan unit administratif desa, b Sarana/ InfrastrukturAksesibilitas Kurang/Tidak Ada, c Secara Geografis Jauh dari Pusat Pertumbuhan, d AdaIsolasi Geografis yang memisahkan dari daerah lain. Pengelompokan Tipologi untuk DesaTerpencil didasarkan pada kriteria penilaian desa terpencil yang telah dijelaskan terdahulu. Berdasarkan simulasi terhadap penilaian kriteria-kriteria tersebut, maka dapat dirumuskanpengelompokan tipologi untuk Desa Terpencil adalah sebagai berikut 1. Type A Terpencil karena Ketiadaan Sarana Aksesibilitas • Kawasan perdesaan yang terisolasi oleh sebab Tidak Tersedianya Sarana Aksesibilitasyang menghubungkan Kawasan tersebut dengan Pusat Pertumbuhan 2. Type B Terpencil karena Jarak • Kawasan perdesaan yang terisolasi oleh sebab secara geografis jaraknya jauh dari PusatPertumbuhan 3. Type C Terpencil karena Isolasi Geografis • Kawasan perdesaan yang terisolasi oleh sebab keberadaan Isolasi Geografis yangmemisahkan kawasan tersebut dengan Pusat Pertumbuhan 4. Type D Terpencil karena Alasan Khusus • Kawasan perdesaan yang terisolasi oleh sebab khusus, misalnya Pengaruh Adat IstiadatMemencilkan Diri 2016.Berdasarkan tipologi tersebut, bahwa daerah terpencil memiliki karakteristik pendekatan dan solusi yang digunakan untuk memecahkan problematikanya harusdisesuaikan dengan problem nyata di daerah tersebut berdasarkan Faktor-faktor Penyebab Tertinggalnya Pendidikan di daerah TerpencilTerdapat banyak faktor yang mempengaruhi lemahnya pelayanan pendidikan di daerahterpencil. Namun menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TNP2Kmelihat ada tiga permasalahan utama yang saling terkait dan perlu diatasi untuk meningkatkanpelayanan pendidikan di daerah terpencil, yaituPertama, Frekuensi kedatangan Pengawas dari Dinas Pendidikan terkendala tantangan geografis,dan berbanding lurus dengan persentase ketidakhadiran Presiden dalam sebuah inspeksi mendadak ke sebuah sekolah di daerah terpencil menemuibahwa dari 11 guru yang terdaftar, hanya 2 guru yang ada. “Yang lainnya tidak tahu kemanaperginya. Datang lagi ketika mengambil gaji.” Karenanya, perlu dilakukan pengawasan terhadapguru. Survai yang dilakukan oleh UNICEF pada tahun 2012 di Papua dan Papua Baratmengaitkan tingkat kemangkiran guru dengan frekuensi kedatangan pengawas ke sekolahUNICEF, 2012. Tingkat kemangkiran guru di sekolah-sekolah yang tidak pernah didatangi olehpengawas mencapai 52%. Sedangkan di sekolah-sekolah yang didatangi pengawas pada bulansurvai dilakukan tingkat kemangkiran guru hanya mencapai 18%.Kedua, Kurangnya informasi dan transparansi tentang kriteria, mekanisme, dan pembayarantunjangan untuk guru yang bekerja di daerah literatur, telaah data, dan temuan lapangan yang dilakukan TNP2K menunjukkan beberapapermasalahan terkait tunjangan khusus, dari penetapan target penerima, transparansi kriteriapenerima, dan ketepatan waktu, jumlah, dan regularitas pembayarannya. Survai yang dilakukanSMERU pada tahun 2010 menunjukan bahwa 42% guru yang memenuhi kriteria tidakmengetahui adanya Tunjangan Khusus dan hanya 26% yang mengetahui dan dapat menyebutkanjumlahnya secara tepat. Ketiga, Tidak adanya mekanisme penghargaan dan sanksi yang terkait langsung dengankeberadaan atau kualitas layanan penghargaan dan sanksi untuk guru sebenarnya telah diatur dalam Undang-UndangNomor 14/ 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74/ 2008 tentangGuru. Namun pada kenyataannya sanksi hampir tidak pernah diterapkan. Dalam sebuahkunjungan mendadak yang dilakukan oleh tim TNP2K ke sebuah sekolah dasar di Papua, dari 12guru PNS yang mengajar di sekolah tersebut, hanya 3 orang guru yang ada pada saat sarana dan prasarana fisik maupun sosial yang terbatas. Hal ini menjadikan kendalayang sangat pokok dan perlu segera mendapatkan respon yang cepat dan akurat 2016.Secara lebih luas, permasalahan pendidikan di Indonesia ada banyak hal yaitu a Rendahnyasarana fisik, b Rendahnya kualitas guru, c Rendahnya kesejahteraan guru, d Rendahnyaprestasi siswa, e Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, f Rendahnya relevansipendidikan dengan kebutuhan, g Mahalnya biaya pendidikan http 2016.Uraian tersebut menunjukkan bahwa permasalahan pendidikan secara umum, maupun didaerah terpencil memang sangat kompleks. Hal ini perlu penyelesaian secara komprehensifmenyeluruh, menggunakan mapping pemetaan yang jelas serta standar prioritas. Disisi lainperlu komitmen yang kuat dari semua pihak untuk menyikapi dan meyelsaikan hal Upaya Untuk Menangani Daerah TerpencilProgram Peningkatan Pendidikan Masyarakat Program pembangunan peningkatan kualitasSumber Daya Manusia SDM di masyarakat dilakukan melalui peningkatan kualitas danpemerataan pendidikan, baik yang dilakukan melalui peningkatan kualitas dan pemerataanpendidikan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Dengandemikian, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung berbagai bidangpembangunan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung berbagaibidang pembangunan. Kegiatan prioritas pendidikan adalah Pertama, Penyediaan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan yaitu pendirianSD kecil dan fasilitas sarana dan filial di daerah-daerah terpencil yang secara geografis sulitdijangkau, perbaikan bangunan sekolah, pengadaan buku pelajaran dan alat peraga. Kedua, peningkatan kualitas dan kualifikasi guru. Ketiga, penuntasan Wajib Belajar 9 tahun baik melaluipendidikan formal dan pendidikan luar sekolah. Keempat, Mempercepat pemberantasan butaaksara dengan menyelenggarakan pendidikan keaksaraan fungsional; edukatif tersebut idealnya juga didukung dengan pembangunan danpenyediaan sarana dan prasarana yang baik. Hal ini bertujuan agar ada upaya yang menyeluruhdan dari berbagai aspek mengenai pembangunan daerah terpencil. Adapun upaya penyediaansarana dan prasarana meliputi Pertama, program penyediaan prasarana dasar wilayah; yaitu pemerataan ketersediaan listrik,pemerataan ketersediaan air, pemerataan ketersediaan telepon. Kedua, program penyediaan sarana wilayah yaitu a penyediaan sarana ekonomi yang meliputipasar, pertokoan, perkantoran, pedagang kaki lima; b penyediaan sarana industri yang meliputirumah tangga, industri menengah, industri besar; c penyediaan sarana kesehatan yang meliputiRumah Sakit, puskesmas, puskesmas Pembantu, d penyediaan sarana pendidikan yang meliputiSekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas; e penyediaan saranatransportasi yang meliputi terminal, bandara, pelabuhan dan stasiun Singkat kata, upaya-upaya tersebut perlu dilengkapi dengan penyediaan aspek-aspek primerdalam kehidupan dan aspek-aspek sekunder. Dan yang lebih penting adalah adanya upayaperencanaan dengan dua pendekatan yaitu a Pendekatan perencanaan Top-down merupakanarah perencanaan yang bergerak dari atas bergerak ke bawah. Pendekatan dari atas harusdilakukan terutama pada kegiatan review dan acuan kebijakan yang telah ditetapkan terkaitdengan Identifikasi Lokasi Desa Terpencil, Desa Tertinggal dan Pulau-Pulau Kecil. bPendekatan perencanaan Bottom-Up adalah konsep perencanaan dengan aspirasi yang munculdari bawah. Pendekatan dari bawah harus dilakukan terutama pada kegiatan identifikasikarakteristik permasalahan dan potensi tiap lokasi. Dengan demikian, maka gambarankarakteristik yang diperoleh merupakan hasil yang valid, akurat, dan sesuai dengan aspirasimasyarakat. E. Epilog Pendidikan merupakan modal pokok dalam kehidupan. Oleh karena itu pembangunan danpemerataan pendidikan perlu di laksanakan secara sinergis dan berkualitas. Hal ini perludidukung dengan komitmen yang kuat untuk meningkatkan pembangunan sumber daya manusiayang bermutu dan kompetitif. Oleh karena itu, potensi wilyah alam dan potensi sumber dayamanusia perlu dikelola dengan baik, jelas dan terarah. Karena hal ini akan menjadi investasijangka panjang long term investment pembangunan manusia dan peradaban bangsa yang PUSTAKA diakses 16 Mei 2016 diakses tanggal 19 Mei 2016 diakses 16Mei 2016 Simon Sili SabonAbstrak [P1] Tujuan kajian ini adalah mencari solusi yang dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan pemberdayaan MGMP sehingga mampu meningkatkan kualitas guru khususnya di daerah terpencil kepulauan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka kajian akan melakukan i mengetahui profil dan keaktifan MGMP khususnya penyusun soal USBN, ii mengetahui perencanaan kegiatan oleh MGMP; iii mengetahui realisasi perencanaan kegiatan oleh MGMP, iv mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan MGMP, v mengetahui diseminasi hasil kegiatan, vi mengetahui transfer/pembelajaran hasil kegiatan kepada peserta didik, dan vii mengidentifikasi praktik baik penyelenggaraan MGMP yang dapat dicontoh di daerah lain. Pendekatan kajian ini adalah evaluasi. Kajian ini mengevaluasi pelaksanaan salah satu kegiatan MGMP yaitu penyusunan soal USBN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan di Kabupaten Flotim melalui Diskusi Kelompok Terpumpun DKT dan pengisian kuesioner oleh 10 orang ketua MGMP Mapel K-13. Data dianalisis dengan teknik statistik deskriptif. Kajian menyimpulkan bahwa i umumnya MGMP penyusun soal USBN memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebagai penerima bantuan block grant karena semua MGMP memiliki susunan organisasasi sesuai ketentuan yaitu minimal terdiri atas ketua, sekretaris dan bendahara; namun sebagian besar tidak memenuhi persyaratan lainnya yaitu mengadakan 12 kali kegiatan dalam tahun sebelumnya, ii sejumlah besar MGMP tidak membuat perencanaan kegiatan, iii tidak semua MGMP yang membuat perencanaan kegiatan merealisasikan perencanaannya, iv hasil kegiatan adalah sekumpulan soal-soal aras tinggi, hanya saja guru-guru tidak yakin bahwa soal-soal yang disusunnya tersebut merupakan soal aras tinggi karena tidak ada langkah validasi dan verifikasi oleh tim ahli, v diseminasi hasil kegiatan merupakan langkah yang sangat penting namun tidak maksimal dilakukan karena tidak dijadwal, vi pembelajaran/transfer hasil kegiatan kepada peserta didik juga tidak maksimal dilakukan karena tidak dijadwalkan dalam perencanaan kegiatan, dan vii ada praktek baik penyelenggaraan MGMP di Flotim yang dapat dicontoh yaitu cara membiayai kegiatan MGMP dan strategi pembentukan MGMP untuk menekan biaya transportasi dan untuk penghematan waktu. [P1]Mhn hinder singkatan dalam abstrakResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.
Selainkurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. khususnya di daerah- daerah terpencil di sekitar wilayah Indonesia ini. Sepertinya kesadaran mereka
Stigma dan Potret Pendidikan di Daerah Terpencil Tanggal 24 May 2021 Ditulis oleh LATANSA NAELAL IZZATI Disukai oleh 0 Orang Pendidikan merupakan salah satu indikator majunya suatu negara. Jika pendidikannya maju, maka akan maju pula negara tersebut. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya. Usaha ini dilakukan oleh orang yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk membangun masa depan peserta didik dengan tujuan yang ingin dicapai melalui proses pendidikan. Pendidikan Indonesia diatur dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. UUD tersebut mengisyaratkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, baik di kota maupun di desa. Berkembangnya teknologi membuat dunia pendidikan selalu berinovasi menemukan temuan baru dalam rangka memajukan pendidikan di Indonesia. Namun, tidak semua elemen masyarakat dapat merasakan kemajuan dari teknologi dan informasi, seperti halnya masyarakat desa. Hal ini disebabkan oleh minimnya infrastruktur yang memadai, jaringan internet yang tidak stabil, dan lain sebagainya. Masalah infrastruktur pendidikan di daerah terpencil sudah menjadi masalah krusial yang terjadi di dalam dunia pendidikan. Banyak gedung sekolah yang sudah rusak dan tidak layak pakai, terutama di daerah-daerah terpencil. Kondisi ini diperparah dengan kurangnya ketersediaan buku penunjang pembelajaran, serta perpustakaan sekolah dengan kondisi yang tidak nyaman untuk digunakan. Kondisi jaringan internet di daerah terpencil juga menjadi penghambat masyarakat dalam mengakses internet. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia APJII, masih ada sekitar 117 juta masyarakat Indonesia belum tersentuh internet. Hal ini disebabkan oleh letak geografis Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau, selain itu luasnya laut dan banyaknya pegunungan juga menjadi penghambat pengadaan jaringan internet. Hal-hal tersebut merupakan persoalan serius yang sedang dihadapi pemerintah, mengingat di era pandemi sekarang ini semua aktivitas dikerjakan dari rumah termasuk aktivitas belajar mengajar. Tidak heran jika banyak masyarakat yang mengeluhkan persoalan ini. Meskipun pemerintah sudah memberikan subsidi kuota gratis untuk belajar, namun hal tersebut akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan usaha pemerataan jaringan internet di daerah terpencil. Dalam rangka menangani masalah pemerataan sarana dan prasarana pendidikan, pemerintah menetapkan wilayah 3T Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal berdasarkan persetujuan kementerian/lembaga terkait dengan pemerintah daerah. Adapun yang dimaksud dengan wilayah 3T adalah daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Selain sarana dan prasarana yang belum memadai, pendidikan di daerah terpencil juga menghadapi permasalahan kekurangan tenaga pendidik atau guru. Terkait dengan masalah ini, sebenarnya pemerintah telah melakukan penempatan guru-guru PNS baru ke daerah-daerah terpencil, namun dikarenakan terbatasnya akses ke daerah tersebut dan minimnya fasilitas pendidikan yang disediakan membuat para guru merasa kurang nyaman mengajar di daerah tersebut dan memutuskan untuk pindah ke daerah lain. Masalah-masalah yang sudah dipaparkan menjadi tantangan tersendiri bagi para pelajar di daerah terpencil. Tidak heran jika sebagian besar dari masyarakat di daerah tersebut memiliki kesadaran yang rendah dalam hal pendidikan. Hal ini semakin memperparah jumlah masyarakat yang mengenyam pendidikan terutama di jenjang perguruan tinggi karena banyak orang tua yang tidak memperbolehkan anaknya untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi. Stigma tentang pendidikan di perguruan tinggi sudah mengakar di masyarakat desa. Mereka menganggap bahwa lulusan sarjana tidak ada bedanya dengan lulusan SMA jika pada akhirnya sama-sama mencari pekerjaan, bahkan lulusan sarjana hanya akan membuang waktu dan uang. Pemikiran tersebut sudah tidak asing lagi bagi masyarakat yang tinggal di desa ataupun daerah terpencil, meskipun tidak semua masyarakat memiliki pemikiran yang sama. Berbicara tentang stigma masyarakat tentang pendidikan, tidak ada hal lain yang dapat dilakukan selain generasi milenial di daerah itu sendiri yang mencoba merubah mindset masyarakat sedikit demi sedikit. Peran generasi milenial sangatlah dibutuhkan dalam usaha ini, mengingat masyarakat tidak akan percaya sepenuhnya terhadap kemampuan mahasiswa ataupun generasi milenial untuk memberdayakan lingkungannya tanpa aksi nyata. Salah satu aksi nyata yang dapat dibuktikan mahasiswa yaitu dengan menunjukkan softskill yang mereka asah ketika berkuliah, seperti leadership, kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah, kemampuan berorganisasi, dan lain sebagainya. Kemampuan-kemampuan tersebut sangatlah dibutuhkan di masyarakat dalam memberdayakan lingkungannya sendiri. Selain untuk memberdayakan lingkungan, kemampuan tersebut berguna sebagai bukti bahwa menempuh pendidikan di perguruan tinggi tidak hanya untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga sebagai cara untuk menaikan kualitas hidup mereka dengan membentuk generasi-generasi unggul dan berkualitas. Sebagai tajuk penutup, sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat saling bersinergi satu sama lain dalam rangka mewujudkan tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pemerintah diharap terus melakukan usaha pemerataan sarana dan prasarana pendidikan dan masyarakat untuk selalu membuka mata dan pikiran terhadap perkembangan pendidikan agar tercipta suatu bangsa yang unggul dalam intelektual. Koran Pos Belitung URL e paper koran POST TERKAIT POST TEBARU
A Meningkatkan Input Proses dan output. Untuk meningkatkan Input, Proses dan output pendidikan. Solusinya adalah: 1. Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. 2. Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang terkait langsung dengan pendidikan.
AbstractPendidikan di daerah terpencil dihadapkan dengan berbagai masalah yang kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat terpencil di kampong Manceri, Cigudeg Bogor memandang pentingnya pendidikan dan untuk mengetahui factor-faktor apa yang mempengaruhi rendahnya pendidikan di terpencil di Kampung Manceri, Cigudeg Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling, dengan pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi dan wawancara serta dokumentasi. Selanjutnya analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 1 Pendangan masyarakat di Kampung Manceri Cigudeg Bogor terkait pentingnya pendidikan masih sangat rendah, hal ini dibuktikan masih terdapat anak putus sekolah. 2 Yang menjadi penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Kampung Mancari, Cigudeg Bogor adalah rendahnya kesadaran dan pemahaman terkait pentingnya pendidikan, karena factor ekonomi, lingkungan dan jarak menuju M., Basiru, A. A., Narayana, M. W., Safitri, N., & Fauzi, R. 2022. Potret Pendidikan di Daerah Terpencil Kampung Manceri Cigudeg Kabupaten Bogor. Jurnal Citizenship Virtues, 21, 291–300. DisciplineBusiness, Management and Accounting 1100%
Indonesiayang sudah merdeka 74 tahun, namun potret pendidikan masih memprihatinkan. Banyak anak-anak di daerah terpencil yang belum bisa menikmati moredenisasi saat ini. Seperti jaringan internet, alat komunikasi seperti telepon genggam (gadget), maupun televisi.
– Indonesia merupakan negara yang kaya akan ragam budaya dan adat istiadat. Namun, potret pemerataan pendidikan di Indonesia masih terlihat tidak merata, terutama bagi daerah-daerah terpencil yang masih memerlukan perhatian khusus dari pemerintah. Kondisi ini tentu saja mempengaruhi kualitas pendidikan di daerah tersebut. Bagaimana potret pemerataan pendidikan di daerah terpencil? Mari kita simak bersama-sama. Pendidikan di Daerah Terpencil Potret Pemerataan Pendidikan di IndonesiaPendahuluanDaerah Terpencil di IndonesiaTantangan dalam Pemerataan Pendidikan di Daerah TerpencilUpaya Pemerataan Pendidikan di Daerah TerpencilKesimpulan Pendahuluan Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap individu di Indonesia. Namun, tidak semua daerah di Indonesia memiliki akses yang sama terhadap pendidikan. Daerah-daerah terpencil seringkali mengalami kesulitan dalam menyediakan layanan pendidikan yang memadai bagi masyarakatnya. Oleh karena itu, pemerataan pendidikan menjadi penting untuk memastikan bahwa setiap anak di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Daerah Terpencil di Indonesia Daerah terpencil di Indonesia terutama terletak di wilayah timur Indonesia seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara. Wilayah ini seringkali sulit dijangkau karena medan yang sulit dan infrastruktur yang kurang memadai. Kondisi ini membuat akses pendidikan menjadi sulit bagi masyarakat di daerah tersebut. Tantangan dalam Pemerataan Pendidikan di Daerah Terpencil Salah satu tantangan utama dalam pemerataan pendidikan di daerah terpencil adalah infrastruktur yang kurang memadai. Sekolah-sekolah di daerah terpencil seringkali memiliki fasilitas yang minim dan guru yang kurang berkualitas. Selain itu, akses transportasi yang sulit juga membuat anak-anak sulit untuk mengakses sekolah. Upaya Pemerataan Pendidikan di Daerah Terpencil Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi pendidikan di daerah terpencil. Salah satu upaya tersebut adalah program Pendidikan Anak Usia Dini PAUD yang bertujuan untuk memberikan pendidikan awal bagi anak-anak di daerah terpencil. Selain itu, pemerintah juga telah membangun sekolah-sekolah baru dan meningkatkan kualitas guru di daerah tersebut. Kesimpulan Pemerataan pendidikan di daerah terpencil merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa setiap anak di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi pendidikan di daerah terpencil, namun masih banyak tantangan yang harus diatasi. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama dari semua pihak untuk memastikan bahwa pemerataan pendidikan di daerah terpencil dapat tercapai dengan baik. Dalam mengamati potret pemerataan pendidikan di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara daerah perkotaan dan terpencil. Namun, upaya pemerintah dalam meningkatkan akses pendidikan di daerah terpencil sudah mulai dilakukan, seperti dengan membangun sekolah-sekolah baru dan memberikan bantuan kepada guru-guru di sana. Selain itu, peran masyarakat dalam mendukung pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan di daerah terpencil juga sangat penting. Dengan terus berupaya dan bekerja sama, diharapkan bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia dapat terwujud secara merata di seluruh wilayah, termasuk di daerah terpencil.
. izpq4a54ke.pages.dev/444izpq4a54ke.pages.dev/410izpq4a54ke.pages.dev/496izpq4a54ke.pages.dev/320izpq4a54ke.pages.dev/9izpq4a54ke.pages.dev/454izpq4a54ke.pages.dev/238izpq4a54ke.pages.dev/38
potret pendidikan di daerah terpencil